Kisah dalam Perjalan Pulang Mengajar

Sudah lama saya ingin menulis cerita ini. Bukan-bukan, ini adalah pengalaman saya yang berharga sekali, salah satu pelajaran tentang rasa mensyukuri dengan apa yang diberikan Allah SWT dan atas apa yang saya miliki sekarang. Saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT atas pelajaran-Nya hari itu. Saya ingat hari Selasa siang tanggal 6 Maret 2012. Sepulang mengajar, saya naik mikrolet CKL dari Kedawung sampai Pasar Madyopuro (dua nama daerah di kota Malang).



Saat itu memang betul-betul kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada saya untuk belajar dan mengambil manfaat. Ketika saya baru naik mikrolet tersebut, ada seorang wanita seumuran saya menggunakan jubah dan jilbabnya yang panjang, sehingga saya mengetahui  wajah saudariku ini muslimah yang sangat anggun, lembut dan cantik. Dengan senyum dia mengucapkan salam: "Assalamualaikum". Dan saya pun menjawabnya "Walaikumsalam".

Kemudian kami terlibat dalam percakapan, entalah seperti ketemu teman lama saja. Dan dia bercerita dan saya pun bercerita: tentang Islam, wanita ataupun hidup. Anehnya dalam mikrolet itu dari Kedawung sampai daerah Sawojajar  hanya ditumpangi oleh tiga orang: Pak Supir, Saudariku muslimah tersebut dan Saya. Padahal antara Kedawung dan Sawojajar jaraknya cukup jauh.

Saya ingin berbagi dalam obrolan kami sepenggal kisah saudariku muslimah ini. Semoga dia pun ikhlas saya membaginya. Bismillah saat itu dia mulai mengawalinya di tengah-tengah obrolan kami:

"Mbak aku minta doanya. Saya pernah membaca, doa wanita hamil itu mustajabah karena setiap harinya ada 1000 malaikat memohon kan ampunan akan dosa-dosanya"

Saya tersenyum karena saya merasa tidak pantas untuk di mintai doa. Saya bilang: "waduh mbak saya ini banyak dosa", kemudian dia senyum sambil menjawab:

"Kita hanya hamba-Nya, kita bahkan tidak tahu dari siapa-siapa doa akan terkabul, sudah hampir sembilan tahun ini saya berumah tangga..."

dia meneruskan ceritanya,

"Tapi belum juga dikarunia seorangpun buah hati, padahal dokter menyatakan saya dan suami dalam kondisi sehat. Di tujuh tahun pernikahan, saya dan suami rajin sekali  usaha dan berdoa hingga sekarangpun doa selalu saya panjatkan. Tapi mungkin memang belum rejeki saya. Hingga akhirnya dua tahun yang lalu suami saya minta izin untuk menikah lagi. Sebelumnya saya tidak ikhlas untuk dipoligami,  tapi saya kasihan dengan suami. Akhirnya suami menikah lagi. Saat itu saya mulai belajar ikhlas dengan  apa yang terjadi dan berharap suami segera memperoleh buah hati, sudah dua tahun ini saya menjalani dan harus belajar ikhlas untuk dipoligami, berbagi kebahagian dengan wanita lain meski kami tidak satu rumah tapi itu lebih baik, mungkin ini sudah menjadi kehendak-Nya. Sampai sekarang pun suami saya belum dikaruniai buah hati dengan istri keduanya".

Tak terasa mikrolet kami memasuki daerah sawojajar, ketika dia mau turun  dia masih sempat mengatakan sesuatu kepada saya dengan terseyum:

"Bersyukurlah mbak, mbak diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk menjadi ibu. Sebentar lagi ada empat buah hati yang dapat menyemarakkan hari-hari mbak dan suami".

Setelah itu dia mohon pamit dengan senyum dan salam. Benar-benar tak banyak kata yang bisa saya ucap saat itu. Dalam diam saya mengucap beribu rasa syukur. Hari itu betul-betul proses pelajaran dan penyadaran bagi saya bahwa kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki, dengan apa yang kita punya.

Pernahkah kita semua sebagai seorang ibu dan seorang istri berpikir mengalami apa yang terjadi seperti pada saudariku muslimah tadi? Allah SWT Maha Besar dan sangatlah luas Kasih Sayang-Nya, karena Allah Maha Rahman dan Rahim.

Antara Sawojajar sampai Madyopuro beribu syukur terucap dari hati saya. Rasa tekad untuk semakin belajar menjadi seorang ibu dan istri yang lebih baik lagi, muncul seperti tidak terbendung, serta menjadi hamba-Mu yang lebih baik lagi.

Sebuah doa kupanjatkan untukmu saudariku muslimah semoga Allah SWT selalu merahmatimu dan memberikan yang terbaik untukmu 

Komentar